Locoshop.co.id – Industri fesyen telah memberikan kontribusi ekspor yang positif. Meski demikian, Kementerian Perdagangan mendorong pelaku usaha di sektor itu terus meningkatkan daya saing agar dapat berkompetisi lebih kuat di pasar global.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan percaya industri fesyen Indonesia mampu menyerbu pasar dunia. “Tidak kalah dari negara mana pun karena RI mempunyai sumber daya dan talenta yang kompetitif,” tuturnya Selasa (25/10).
Pertumbuhan ekspor produk fesyen Indonesia terus menunjukkan progres yang menggembirakan. Pada periode Januari–Agustus 2022, pertumbuhannya meningkat 34,92 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. RI menempati posisi ke-16 sebagai eksportir fesyen dunia dengan pangsa pasar 1,69 persen.
Negara tujuan utama, antara lain, Amerika Serikat, Swiss, Jepang, Tiongkok, dan Jerman. Sementara produk andalan, antara lain, kaus, celana, blus, perhiasan, sepatu olahraga, dan alas kaki.
Zulhas menyebutkan, kehadiran event seperti Jakarta Fashion Week (JFW) dapat menumbuhkan industri fesyen di tanah air dan menyerbu pasar global. “Minggu lalu saya menutup kegiatan Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) dengan kesuksesan penyelenggaraan dan capaian transaksi hampir Rp 300 miliar. JFW merupakan ajang yang jauh lebih besar dan diharapkan dapat terus maju lagi,” paparnya.
Pelaku usaha mengakui industri tekstil produk tekstil (TPT), termasuk produk pakaian jadi, sempat terpukul akibat banyaknya pembatalan dan pemangkasan order ekspor. “Sementara, pasar di dalam negeri tidak banyak membantu karena daya beli masih lemah,” ujar Sekjen Asosiasi Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta.
Menurut Redma, hal tersebut mengakibatkan terjadinya penumpukan stok di pabrik hingga memaksa perusahaan memangkas produksi. Perusahaan TPT di dalam negeri pun merumahkan karyawannya. Berdasar informasi dari Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), jumlah pekerja industri TPT yang dirumahkan sekitar 43.000 orang.
“Masalah perekonomian di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa membuat konsumsi turun drastis. Di sisi lain, pada kuartal III pasar domestik juga mulai dibanjiri barang impor dalam jumlah besar. Bagi importir, konsumsi dalam negeri masih cukup stabil,” bebernya.
Redma mengatakan, pasar domestik masih akan menjadi satu-satunya harapan bagi produk TPT nasional. “Dengan demikian, kami menilai perlu adanya ketegasan dan kesamaan visi dari seluruh pihak yang berwenang agar kebijakan berpihak pada produk lokal,” tandasnya.
—
PERFORMA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL DI INDONESIA
Periode | Pertumbuhan
2020 | -8,8%
2021 | -4,08%
2022* | 2,31%
NILAI PDB INDUSTRI PAKAIAN JADI DAN TEKSTIL
Periode | Nilai PDB (Rp Triliun)
2018 | 168,5
2019 | 200
2020 | 186,6
2021 | 180,2
Ket *: Proyeksi
Sumber: BPS
Sumber: www.jawapos.com