Sindir Pihak yang Menolak, Bahlil: Pintar atau Pintar-pintar Bodoh?

Locoshop.co.id – Presiden Joko Widodo (Jokowi) berencana  melarang ekspor timah mentah. Ini dilakukan agar Indonesia bisa melakukan hilirisasi timah, meningkatkan nilai tambah, dan membuka lapangan kerja secara lebih luas.

Hal tersebut juga diyakini Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers realisasi investasi September, pada Senin (24/10). Ia meyakini dengan adanya larangan ekspor akan meningkatkan nilai tambah pada timah yang menjadi komoditas besar di Indonesia.

Meskipun banyak ‘pemain’ yang tidak setuju, Bahlil menilai hilirisasi penting dilakukan agar harga timah tidak lagi dikendalikan negara lain. “Harga timah dikendalikan oleh negara lain yang penghasil timahnya nggak sebesar Indonesia. Kira-kira kalau begitu, kita pintar atau pintar-pintar bodoh, ya? Kita menyetop ini dalam rangka memberikan nilai tambah. Ini contohnya sudah ada nikel,” kata Bahlil.

Lebih lanjut, Bahlil mengungkapkan pihaknya telah membuat roadmap atau peta jalan hilirisasi timah. Ia menyebut, hilirisasi timah berbeda dari nikel bahkan dari nilai investasinya paling tinggi hanya menelan biaya Rp 1 triliun.

“Saya tahu banyak yang nggak setuju itu (hilirisasi). Saya tahu siapa pemain-pemainnya, tapi negara nggak akan gemetar sedikit pun. Sampai kapan negara kita mau dimainin seperti itu? Jangan lah! (realisasi hilirisasi) Lebih cepat lebih baik,” tegas dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bakal menyetop ekspor bahan mentah timah. Namun, ia belum memastikan terkait waktunya karena hingga saat ini rencana tersebut masih dalam penghitungan yang matang.

Menurutnya, jika penghitungan sudah selesai dan matang, maka akan segera diumumkan. Hal ini dilakukan sebagai komitmen pemerintah untuk serius terhadap hilirisasi timah.

“Baru dihitung, akan kita setop kapan, baru dihitung. Nanti kalau hitungannya sudah matang, ketemu kalkulasinya, akan saya umumkan. Setop, misalnya tahun depan, atau stop tahun ini, bisa terjadi,” kata Jokowi saat meninjau proyek smelter berteknologi Top Submerged Lance (TSL) Ausmelt Furnace yang dikerjakan PT Timah Tbk di Bangka Belitung, Kamis (20/10).

Ia menjelaskan, keran ekspor yang akan disetop tidak hanya berlaku untuk smelter milik BUMN tetapi berlaku juga untuk swasta. Menurut Jokowi, dengan ditutupnya keran tersebut maka komoditas tambang bisa masuk ke industri hilirisasi agar bisa meningkatkan nilai tambah di dalam negeri dan lapangan kerja bisa bertambah luas.

Adapun smelter yang ditinjau Jokowi hari ini ditargetkan akan rampung pada November 2022. Operasional smelter tersebut diproyeksikan bisa menambah efisiensi di kisaran 25 persen sampai 34 persen.

Editor : Estu Suryowati

Reporter : R. Nurul Fitriana Putri



Sumber: www.jawapos.com

Related posts